Rabu, 07 Maret 2012

Krisis Timur Tengah (Fokus Utama Libya dan Mesir)


                                               
TUGAS SEJARAH
Krisis Timur Tengah
(Fokus Utama Libya dan Mesir)
Semester II
Tahun Pelajaran 2011-2012
                     
             
                             SMP N 4 SURAKARTA



Penyusun :
Marwono Arraghani Prabowo
IX I / 22
Perang Enam Hari (bahasa Ibrani: מלחמת ששת הימים Milkhemet Sheshet HaYamim, bahasa Arab: حرب الأيام الستة ħarb al-'ayyam as-sittah), juga dikenali sebagai Perang Arab-Israel 1967, merupakan peperangan antara Israel menghadapi gabungan tiga negara Arab, yaitu Mesir, Yordania, dan Suriah, dan ketiganya juga mendapatkan bantuan aktif dari Irak, Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan Aljazair. Perang tersebut berlangsung selama 132 jam 30 menit (kurang dari enam hari), hanya di front Suriah saja perang berlangsung enam hari penuh.
Pada bulan Mei tahun 1967, Mesir mengusir United Nations Emergency Force (UNEF) dari Semenanjung Sinai; ketika itu UNEF telah berpatroli disana sejak tahun 1957 (yang disebabkan oleh invasi atas Semenanjung Sinai oleh Israel tahun 1956). Mesir mempersiapkan 1.000 tank dan 100.000 pasukan di perbatasan dan memblokade Selat Tiran (pintu masuk menuju Teluk Aqaba) terhadap kapal Israel dan memanggil negara-negara Arab lainnya untuk bersatu melawan Israel. Pada tanggal 5 Juni 1967, Israel melancarkan serangan terhadap pangkalan angkatan udara Mesir karena takut akan terjadinya invasi oleh Mesir.[3] Yordania lalu menyerang Yerusalem Barat dan Netanya.[4][5][6] Pada akhir perang, Israel merebut Yerusalem Timur, Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, Tepi Barat, dan Dataran Tinggi Golan. Hasil dari perang ini memengaruhi geopolitik kawasan Timur Tengah sampai hari ini.

Perang saudara 2011
Aksi unjuk rasa terjadi di Libya pada bulan maret 2011. aksi Demonstrasi ini meniru aksi yang terjadi di Aljazair, Tunisia, dan Mesir. Rakyat Libya menuntut pemimpin Libya Muammar al-Qaddafi turun dari jabatannya yang telah dipimpinnya selama 42 tahun. Unjuk rasa terjadi di berbagai kota di Libya, seperti Tripoli, Tajoura, Zawiyah, Zintan, Ajdabiyah, Ras Lanuf, Sirte, Al Bayda, Benghazi, Bin Jawed, Bani Walid, Ar Rajban, dan Misratah. Unjuk rasa ini telah memakan korban jiwa sebanyak 165 orang, termasuk Anak-anak. Kebanyakan penduduk Libya lari ke 2 negara terdekat, Tunisia dan Mesir. Ada juga warga asing yang melarikan diri dari Libya, yaitu dari Indonesia, Cina, Filipina, dan lain-lain. Beberapa hari kemudian, NATO, dibantu oleh pasukan tentara Amerika Serikat, Perancis, dan lain-lain melancarkan serangan bertubi-tubi ke Tripoli.
Hingga akhir Oktober 2011, terdapat dua entitas yang mengklaim sebagai otoritas pemerintah de jure di Libya. Dewan Transisi Nasional yang berbasis di Tripoli, dipimpin oleh Mustafa Abdul Jalil, mengendalikan sebagian besar negara dan menggunakan nama bentuk-pendek Libya untuk negara Libya, tetapi juga sesekali menyebutnya dalam bentuk-panjang sebagai Republik Libya. Hingga 16 September 2011, Libya di bawah al-Qaddafi secara resmi dikenal sebagai Jamahiriyah Arab Libya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Rezim terdahulu dan institusinya, dipimpin oleh Muammar al-Qaddafi, menyebut negara Libya sebagai Jamahiriyah Arab Rakyat Sosialis Agung Libya dan berbasis di Sirte Pada 16 September 2011, PBB mengakui NTC sebagai perwakilan resmi negara ini.
Krisis politik di Libya akan berdampak secara global, terutama bagi pasokan energi minyak dan gas dunia. Selama ini negara-negara Barat dan Uni Eropa mendapatkan pasokan minyak dari negeri Afrika Utara itu. Muammar Gadhafi yang berkuasa selama empat dekade, ikut menjamin stabilitas dan kebutuhan energi dunia.
Libya memproduki minyak 4,5 juta barrel/setiap hari, selain Arab Saudi yang memproduksi 3,5 juta barrel/setiap hari. Kedua negara ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi keamanan energi dunia, terutama negara-negara Barat dan Uni Eropa. Negara-negara Barat dan Uni Eropa sangat bergantung dengan pasokan energi minyak dari Libya.
Pembrontakan yang berlangsung saat ini di Libya, antara 'hidup-mati' bagi rakyat yang menginginkan turunnya Muammar Gadhafi dengn kekuatan pendukung pemerintah, terutama militer memasuki hari ke enam, dan mengakibatkan banyaknya jatuh korban. Situasi ini menyebabkan tidak menentunya masa depan bagi kepentingan Barat dan Uni Eropa, yang selama ini mendapatkan jaminan pasokan minyak dari Gadhafi.
Libya memiliki cadangan minyak 47 miliar barrel minyak, dan merupakan negara penghasil minyak terbesar ke 9 di dunia, dan negara yang paling kaya minyak di Afrika. Libya menjadi anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), kekayaannya yang miliaran barrel minyak ini, Libya menjadi faktor penting bagi stabilitas energi dunia. Libya bukan hanya penghasil minyak, tetapi negeri di Afrika Utara ini, juga memiliki cadangan gas, 54 triliun kubik.
Hampir 95 persen minyak Libya di ekport ke negara-negara Barat dan Eropa. Negara-negara Barat dan Uni Eropa, sesudah perubahan politik di Libya, dan mendekatnya Muammar Gadhafi kepada Barat, dan dibukanya terusan Suez, maka ratusan perusahaan minyak dan gas melakukan investasi ke Libya.
Explorasi besar-besaran dilakukan perusahaan minyak Barat, seperti BP (British Petroleum), Exxon, Total, Occidental Petroleum, Marathon Oil, dan Oil and Amerada Hess menandatangani ekplorasi minyak dengan pemerintah Libya. Kerjasama dengan perusahaan Barat semakin terbuka sejak tahun 2003 dan 2004, ketika PBB mencabut sanksi atas Libya, dan tahun 2006, Amerika Serikat mencabut status Libya, yang selama ini dituduh sebagai negara teroris. Negara-negara Barat, selama 19 tahun, absen dalam investasi minyak di Libya. Sekarang Barat mendapatkan pasokan minyak dari Libya.
Tetapi dengan pecahnya pembrontakan di Libya, di mana situasi politik di negeri itu sangat tidak menentu, yang belum dapat diprediksi, bagaimana akhir pembrontakan rakyat Libya yang menginginkan perubahan politik. Belum dapat diprediksi bagiamana masa depan Libya, dan seperti apa corak kepemimpinan pasca Muammar Gadhafi?
Jika krisis ini berlanjut dan tanpa kesudahan, maka akan mempunyai dampak secara global, khususnya pasokan minyak kepada negara-negara Barat dan Uni Eropa yang selama ini bergantung kepada Libya.Hubungan  Libya dengan negara-negara Barat belum lama, sejak PBB mencairkan sanksi, dan mulai lagi negara-negara Barat, membangun kerjasama energi dengan Libya. Sehingga, Libya ikut menjamin stabilitas pasokan minyak dunia.
Sekarang terjadi krisis yang hebat di  Libya, dan mengakibatkan naiknya harga minyak di pasaran dunia, di London dan New York, yang sekarang harga minyak sudah mencapai $ 105 dolar/perbarrel, bagi jenis minyak brent. Minyak Libya  dieksport, jenis minyak yang paling baik, dan banyak dibutuhkan oleh perusahaan dan industri di Barat.
Perusahaan minyak yang sudah melakukan investasi ke Libya adalah BP (British Petroleum), yang telah melakukan investasi besar-besaran ke Libya. Sekarang BP sudah mengungsikan para pekerja mereka beserta keluarganya kembali ke negaranya. 140 pegawai minyak dan keluarganya dari BP telah dipulangkan menyusul situasi di Libya yang semakin genting. Perang terbuka antara rakyat dengan militer terjadi di ibukota Tripoli, dan terjadi pembakaran gedung pemerintahan sepanjang hari.
Krisis di Libya ini, hanya mengingatkan saat krisis yang terjadi di tahun 1970 an, ketika Raja Faisal dari Arab Saudi yang melakukan embargo minyak kepada negara-negara pendukung Israel, yang mengakibatkan pasokan minyak dunia mengalami krisis. Bahkan, di Amerika Serikat, mengalami kelangkaan BBM, dan tempat penjualan BBM tutup.
Tetapi, bukan hanya menyangkut kelangkaan energi minyak yang akan dialami Barat, tetapi langkah-langkah menuju recoveri ekonomi Barat yang dilanda krisis dan resesi akan terganggu. Sekarang Barat harus menghadapi krisis politik di seluruh Timur Tengah, dan menuju pergantian rezim, yang belum dapat diprediksi, bagaimana rezim-rezim baru nanti?
Presiden Amerika Serikat Barack Obama, kurang memberikan perhatian terhadap situasi di dunia Arab, karena Obama harus menyelamatkan dirinya sendiri, yang tahun depan bakal menghadapi pemilu, dan banyak kebijakan yang akhirnya dikandaskan oleh Partai Republik, yang sekarang menguasai Kongres. Apakah Obama masih dapat selamat dan terpilih kembali?
Jika berlarut-larut krisis yang terjadi di dunia Arab, maka dampaknya akan sangat mengancam stabilitas energi dunia, dan akan berdampak terhadap ekonomi global. Minyak dan gas Libya sangat penting bagi negara-negara Barat dan Uni Eropa yang industri mereka sangat tergantung dari minyak. Sementara, Mesir menjadi kunci bagi ekonomi global, bagaimana situasi politik di negeri Spinx itu, karena terusan Suez menjadi urat nadi bagi perekonomian dunia.
Semuanya akan sangat ditentukan siapa yang akan menjadi penguasa baru di dunia Arab nanti? Bagaiman penguasa yang baru nanti, sikap mereka terhadap Barat? Itulah yang belum dapat diprediksi.

Krisis Mesir
Perlawanan jutaan masyarakat Mesir selama 18 hari (25/1 – 7/2/2011) berhasil menumbangkan rezim Mubarak yang telah berkuasa sekitar 30 tahun. Masyarakat Mesir menyebut demonstrasi yang meluap di seantero negeri 1000 menara yang merenggut sekitar 300 nyawa itu dengan “revolusi masyarakat’.
Sebenarnya, revolusi yang terjadi di Mesir dan sebelumnya di Tunisia dan 13 tahun yang lalu terjadi hal yang sama di Indonesia memiliki sisi kesamaan dan perbedaan. Di antara kesamaanya, penguasa yang ditumbangkan adalah sama-sama penguasa zalim, korup dan menerapkan sistem diktator terhadap rakyatnya.
Kekuasaan mereka berkisar 30 tahunan. Baik Mesir, Tunisia maupun Indonesia adalah sama-sama negeri yang berpenduduk Muslim mayoritas. Cara tumbangnya penguasa di tiga negara tersebut sama, yakni disebabkan pemberontakan jutaan rakyat yang sudah muak dengan kezaliman yang mereka hadapi berpuluh-puluh tahun lamanya.
Gagasan awal perlawanan sama-sama dimotori oleh pemuda dan mahasiswa, kemudian para cendikiawan, profesional dan tokoh masyarakat nimbrung untuk melegetimasi perlawanan tersebut sehingga menjadi kuat dan membuat penguasa ciut dan ketakutan yang luar biasa.
Adapun sisi perbedaannya ialah, di Indonesia dan Tunisia, demonstrasi besar-besaran yang menyebabkan penguasa dua negera tersebut menyerah hanya beberapa hari saja. Sedangkan di Mesir cukup alot sehinggga mencapai 18 hari.
Sisi perbedaan lain, Indonesi dan Tunisa tidak berbatas langsung dengan Palestina, sendangkan Mesir memiliki perbatasan langsung dengan Palestina, khususnya Jalur Gaza. Secara historis, Indonesia dan Tunisia tidak pernah terlibat langsung konflik dengan Yahudi di Palestina, sedangkan Mesir pernah terlibat perang dengan Yahudi di Palestina tahun 1948 dan 1967.
Demikian juga, Indonesi dan Tunisia tidak terlibat kontrak perdamaian secara langsung dengan Yahudi di Palestina, sedangkan Mesir tahun 1970 menandatangani perjanjian damai dengan Yahudi Palestina yang diwakili Anwar Sadat sebagai Presiden Mesir saat itu yang terkenal dengan perjanjian Came David. Mesir sampai hari ini masih terkenal dengan pusat studi Islam dan juga pusat pergerakan Islam yang terkenal dengan gerakan Ikhwanul Musliminnya.
Apa yang terjadi di Mesir?
Sepintas, apa yang terjadi di Mesir adalah sebuah perubahan besar-besaran dalam sistem pemerintahannya. Dari sistem yang sangat zalim dan diktator menjadi sistem demokratis.
Bagi kelompok yang berorientasi kebebasan dan kesejahteraan ekonomi, apa yang terjadi di negeri mereka mungkin akan menjadi pintu gerbang memasuki apa yang mereka cita-citakan.
Lihat saja semboyan dan jargon yang mereka angkat seperti, yang penting Mubarok lengser, kami rindu kebebasan, Mubarok hengkang dari negeri ini, tegakkan masyarakat madani dan ratusan jargon lainnya.
Sesungguhnya apa yang terjadi di Mesir mirip dengan apa yang terjadi di Indonesia tahun 1998. Mayoritas masyarakat yang menghendaki pergantian kekuasaan tidak lain disebabkan kezaliman politik dan tindakan kejahatan ekonomi yang dilakukan rezim dan kroninya yang menyebabkan ekonomi negeri menjadi bangkrut.
Kebangkrutan ekonomi ditandai dengan meningkatnya jumlah masyarakat miskin, pengangguran dan merosotnya nilai tukar mata uang. Solusi yang digaungkan juga sama, yakni kebebasan dan kesejahteraan rakyat berdasarkan sistem demokrasi Barat.
Bentuk masyarakat yang dicita-citakan pasca reformasi adalah masyarakat madani. Masyarakat madaninya seperti apa? Para elite politik dan tokoh masyarakat juga tidak memiliki konsep dan manhaj yang jelas dan sama.
Ada yang mengatakan masyarakat madani itu ialah masyarakat yang dipimpin oleh kalangan sipil dan bukan militer seperti yang terajadi sebelumnya. Ada lagi yang menafsirkan, masyarakat madani ialah yang sistem hidup dan pemerintahannya mengambil nilai-nilai kemanusiaan dan agama yang bersifat moral dan universal.
Pertanyaan berikutnya ialah, apa yang dicapai reformasi yang sudah berusia 13 tahun itu? Benarkah kebebasan itu terwujud? Ya, jika dilihat dari munculnya puluhan partai politik yang sebelumnya hanya dibolehkan tiga saja (Golkar, PDI dan PPP), maraknya korupsi, perdagangan narkoba, pergaulan bebas (hedonisme), money politic dalam politik praktis dalam semua tingkatan politik praktis, media massa yang kebablasan, penyebaran kemusyrikan dan kemungkaran lainnya serta kebebasan berbagai aliran sesat yang nyata-nyata merugikan umat Islam seperti Ahmadiyah dan sebagainya.
Namun, dalam kaca mata sebagian umat Islam, di zaman reformasi ini belum ada yang namanya kebebasan.
Buktinya, penangkapan dan penembakan secara serampangan terhadap umat Islam yang dicurigai melakukan tindakan terorisme (definisi terorisme juga kabur dan ngawur) dan ulama serta kelompok yang menyerukan diterapkannya Syariat Islam secara utuh dan konsisten, khususnya oleh masyarakat Muslim yang mayoritas di negeri ini, maka kebebasan itu masih jauh panggang dari api.
Begitu juga kesejahteraan rakyat yang diteriakkan saat reformasi dan setiap saat dijanjikan pemerintah hanya tinggal kenangan. Yang sejahtera saat ini hanyalah para politisi dan elite-elite partai politik serta pejabat-pejabat negara yang menadapat kewenangan memenej dana samapi 1000 trliun pertahun yang menurut para ahli dikorupsi sampai 70 %. Belum lagi korupsi liar versi Gayus Tambunan yang menggurita di semua instansi pemerintahan.
Bagaimana dengan peran gerakan-gerakan Islam yang sebelum reformasi di Indonesia menyuarakan kebenaran, keadilan, tegaknya syari’at Islam dan sebagainya? Semuanya, tanpa kecuali, mati suri dan sudah larut dalam kenikmatan permainan politik praktis yang menghasilkan uang dan fasilitas hidup yang berlimpah.
Gerakan-gerakan Islam politik zaman reformasi benar-benar berhasil menyingkirkan Islam dari pentas dan percaturan kehidupan tingkat tinggi pemerintahan, bukan hanya esensinya melainkan terminologi-terminologi Islampun sudah tidak lagi dijadikan bahasa pergaulan, kecuali yang terkait dengan kepentingan polotik praktis yang menghasilkan uang.
Salah seorang mantan petinggi pejabat pemerintahan berkisah kepada penulis bagaimana elite partainya setengah memaksa agar disiaipkan uang milyaran rupiah agar ia dapat dicalonkan partainya menjadi calon elite pemerintahan. Sistem drakula. Itulah yang tepat menggambarkan situasi yang sedang berjalan di Indonesia.
Akibat dari kegagalan pemerintah mewujudkan kebebasan dan kesejahteraan rakyat yang diharapkan saat melakukan gerakan reformasi 13 tahun lalu, ditambah lagi dengan perilaku pejabat negara dan para politisi yang jauh dari bersih, tidak memiliki sense of crisis dan bahkan tanpa malu saat digelandang KPK atau penegak hukum lainnya ketika terbukti melakukan korupsi, mabuk-mabukan di tempat-tempat hiburan dan sebagainya, maka hampir separuh masyarakat Indonesia sudah kehilangan kepercayaan. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2009 dan beberapa Pemilukada belakangan ini adalah bukti kuat atas apa yang dijelaskan.
Masa depan Mesir
Berdasarkan kesamaan fenomena reformasi Indonesia dengan revolusi Mesir sekarang ini penulis meyakini masa depan Mesir tidak akan jauh berbeda dengan Indonesia. Perubahan yang terjadi di Mesir hanya konstitusional yang bersifat kertas dan tidak akan menyentuh hal-hal mendasar dalam kehidupan mayarakat Mesir yang berpenduduk Muslim mayoritas dan hanya akan menguntungkan para tokoh aktivis revolusi dan partai-partai poltik yang dengan sukarela menganut paham demokrasi titipan Barat. Hal tersebut paling tidak disebabkan dua faktor :
  1. Faktor internal. Yakni mayoritas masyarakat Mesir masih berjuang dalam tataran (masalah) perut dan tidak dalam kontek ideologis, khususnya ideologi Islam. Hal tersebut sebagai bukti nyata betapa lemahnya pengaruh gerakan-gerakan Islam dalam masyarakat Mesir, khususnya Ikhwanul Muslimin yang telah berusia hampir 84 tahun. Kelemahan pengaruh tersebut bisa disebabkan kurang efektifnya gerakan dakwah dalam menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai Islam orisinil dalam masyarakat, atau bisa juga disebabkan terjadinya degradasi pemikiran gerakan Islam, khususnya Ikhwanul Mislimin dari apa yang dirumuskan pendidrinya, Hasan Al-Banna dan tokoh-tokoh besar Ikhawan setelah beliau sepertti Sayyid Qutb, Abdul Qadir Audah dan sebagainya.
  2. Faktor eksternal. Karena Mesir itu terkenal dengan historis kejayaan Islamnya sejak sahabat Amr bin ‘Ash menaklukkan negeri Pyramid tersebut, diteruskan Sholahuddin Al-Ayubi dan kemudian Hasan Al-Banna dan Sayyid Qutbnya, maka seluruh kekuatan Yahudi yang sekarang dijalankan skenarionya oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutinya, baik di Barat maupun di negera-negara Arab sendiri, akan bekerja keras bagaimana revolusi rakyat Mesir yang dimulai 25 Januari 2011 itu ditelikung dan dibelokkan agar tidak menjadi revolusi Islam, bahkan berbau-bau Islampun tidak.
  3. Dari 200 anggota revolusi yang mereka namakan “majlis hukama” tidak satupun yang menyuarakan semboyan kembali kepada Islam, termasuk tokoh-tokoh Islam yang ada di dalamnya seperti Huwaidi dan Uwa. Semuanya sepakat menyuarkan demokrasi, kemaslahatan nasional dan masyarakat madani. Bahakan kelompk Ikhwan yang jelas-jealas keislamannya 24 karat, juga tidak berani mengususlkan secara tegas keharusan berdirinya sistem pemerintahan Islam di atas puing-puing pemerintahan zalim Mubarok yang telah memporak-porandakan seluruh basis kehidupan masyarakat Mesir yang mayoritas Muslim itu. Mana semboyannya : Islam adalah solusi?
  4. Hal lain, karena Mesir berbatasan langsung dengan Palestina, khususnya Jalur Gaza di mana di sana dikuasai Hamas yang dengan berani mendeklarasikan ke seluruh dunia bahwa mereka adalah bagian dari Ikhwanul Muslimin dan penerus generasi Al-Banna, maka faktor ini juga menyebabkan seluruh kekuatan anti Islam baik di luar Mesir maupun di dalamnya bekerja keras untuk memetik hasil revolusi rakyat Mesir itu dan membelokkannya kepada selain Islam. Sebab, kalau revolusi itu melahirkan sistem pemerintahan Islam di Mesir, dapat diprediksikan umur Yahudi di Palestina tinggal menghitung hari.
Dari apa yang diuraikan di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa perjalanan dakwah untuk mengembalikan kejayaan dan kemuliaan umat masih jauh. Sebab itu, mari berdakwah dengan lebih baik, sambil belajar dari kelemahan dan kesalahan yang terjadi.
Sesunguhnya kemenangan dunia dalam bentuk pengusaan pemerintahan bukanlah tujuan akhir gerakan dakwah. Tujuan akhir tetap saja Allah. Kemenangan itu hanya di tangan Allah. Ia akan berikan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Wama dzalika ‘alallahi bi ‘aziz.

Akibat Krisis Mesir, Pemerintah Khawatirkan Lonjakan Harga Minyak Dunia

Selasa, 01 Pebruari 2011 17:20 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Krisis politik yang terjadi di Mesir belum berdampak secara signifikan terhadap nilai ekspor Indonesia. Namun, pemerintah mewasdapai kenaikan harga minyak yang berakibat kepada kenaikan harga komoditas internasional.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan pemerintah masih terus memantau perkembangan krisis di Mesir. Walaupun untuk saat ini, krisis tersebut belum berdampak secara langsung kepada nilai perdagangan Indonesia.

"Kalau dari segi keterkaitan pasar yang langsung ke perdagangan, keterkaitan pasar kita tuh jauh lebih banyak ke Asia yang notabenenya tidak akan terlalu berpengaruh dengan apa yang terjadi di sana," ujarnya.

Namun, pemerintah akan menjaga dampak lain dari krisis itu. Utamanya harga minyak. Pasalnya, harga minyak di pasar internasional kini sudah menembus 100 dolar AS per barel.
"Memang sudah ada dampak kepada harga minyak. Harga minyak sudah 100 dolar AS. Ini yang kita di dalam negeri juga harus lakukan antisipasi," katanya.

Sumber : Wikipedia, Google, Konspirasi.com, Republika.co.id, eramuslim.com.         

Pertanyaan :
1.       Bagaimanakah pendapatmu mengenai krisis timur tengah yang merupakan ancaman bagi dunia internasional?

Jawab :
Krisis yang terjadi di timur tengah sangatlah memprihatinkan, bukan hanya berdampak pada negara yang sedang dilanda krisis, tetapi juga berdampak pada seluruh dunia. Krisis timur tengah yang terjadi di Libya dan Mesir mengancam stabilitas dunia karena kedua negara tersebut adalah beberapa negara pengekspor minyak dan gas alam terbesar di dunia, sehingga jika pasokan minyak dan gas alam terhenti akan membahayakan negera lain, di negara-negara yang sangat bergantung pada pasokan minyak dan gas alam tersebut akan mengalami banyak masalah dalam menjalankan pemerintahannya, selain itu juga mengancam stabilitas dan keamanan negara. Contohnya saja yang terjadi di Indonesia ini, akibat krisis di timur tengah Indonesia jadi kekurangan pasokan BBM, akibatnya terjadilah kenaikan harga BBM yang menyulut kerusuhan dan protes keras dari masyarakat, sehingga terjadi kekacauan besarr di Indonesia dan di negara lain.

2.       Bagaimanakah cara penyelesaiannya?
Jawab :
Menurut saya, cara penyelesaian yang terbaik adalah dengan menekan para pemimpin yang sedang mengalami kudeta besar dari rakyatnya untuk segera mengundurkan diri dan melakukan apa yang dikehendaki rakyat, melakukan pembenahan terhadap sistem pemerintahan untuk lebih baik, dan mencari solusi terbaik untuk menghentikan krisis yang sedang terjadi.


Tidak ada komentar: